CLICK HERE FOR THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES »

We Are Ten Social Two Smak Materdei

We Are Ten Social Two Smak Materdei

Our Front School

Our Front School

Our School Logo

Our School Logo

Minggu, 01 Mei 2011

pengelolaan kelas

Pengelolaan sekolah...
18:11 |

PENGELOLAAN SEKOLAH YANG EFEKTIF,
HUBUNGAN DALAM KELOMPOK DAN KONFLIK, DAN
FUNGSI SERTA TUJUAN SUPERVISI PENDIDIKAN
1. A. Pendahuluan
Sesuai dengan perkembangan masyarakat dan perkembangan pendidikan di Negara kita, maka paradigma tenaga pendidikan pun sudah seharusnyalah mengalami perubahan pula, khususnya yang berkaitan dengan supervise atau kepengawasan pendidikan ini. Dengan paradigma lama tergambar bahwa suatu kegiatan tidak dapat diharapkan berjalan lancer dengan sendirinya sesuai dengan rencana dan tujuan yang telah ditetapkan, jika tidak diawasi.

Dalam dunia pendidikan tidaklah selalu berjalan mulus, pasti ada halangan rintangan. Problem inilah yang harus dipecahkan dan diselesaikan serta dicari solusinya demi pendidikan yang berkwalitas. Untuk menggerakkan roda pendidikan agar lebih baik, diperlukan banyak sekali dukungan dan kerjasama baik orang tua, guru, sekolah, masyarakat, dan pemerintah.
1. B. Supervisi Pendidikan
1. a. Fungsi Supervisi Pendidikan
Mengingat kegiatan-kegiatan supervisi pendidikan yang semakin unik dan kompleks dalam rangka mewujudkan tenaga-tenaga kependidikan yang professional terlebih utama adalah guru yang berupa pelayanan, bantuan dan pembinaan, agar menjadi guru-guru yang semakin cakap dan terampil, sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan umumnya dan ilmu pendidikan pada khususnya. Agar mampu meningkatkan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan proses belajar mengajar disekolah dan mencapai tujuan pendidikan pada saatnya[1].
Secara garis besar fungsi supervisi dapat dikelompokkan dalam tiga bidang, yaitu dalam bidang kepemimpinan, dalam bidang kepengawasan, dan dalam bidang pelaksana. Fungsi kepemimpinan melekat pada seorang supervisor, karena dia adalah pemimpin. Begitu pula pengawas, karena pada hakikatnya supervisor adalah pengawas yang tugas pokoknya melakukan pengawasan. Sedangkan fungsi pelaksana terdapat pada supervisor, karena ia adalah para pelaksana di lapangan yang dalam istilah bakunya adalah pejabat fungsional, sama halnya dengan guru dan kepala sekolah.
Berdasarkan pedoman supervisi yang tertera dalam kurikulum 1975, maka fungsi supervisi adalah sebagai berikut[2]:
1) Mengadakan penilaian terhadap pelaksanaan kurikulum dengan segala sarana dan prasarananya;
2) Membantu serta membina guru/kepala sekolah dengan cara memberikan petunjuk, penerangan dan pelatihan agar mereka dapat meningkatkan keterampilan dan kemampuan mengajarnya;
3) Membantu kepala sekolah/guru untuk menghadapi dan menyelesaikan masalah.
Dari uraian tentang supervisi yang telah dijelaskan di atas, dapat disimpulkan bahwa supervisi mempunyai beberapa fungsi, yang antara satu dan lainnya saling berkaitan. Beberapa fungsinya yaitu:[3]
1) Fungsi pelayanan (service activity): kegiatan pelayanan untuk peningkatan profesionalnya.
2) Fungsi penelitian; untuk memperoleh data yang objektif dan relevan, misalnya untuk menemukan hambatan belajar.
3) Fungsi kepemimpinan: usaha untuk memperoleh orang lain agar yang disupervisi dapat memecahkan sendiri masalah yang sesuai dengan tanggung jawab professionalnya.
4) Fungsi manajemen: supervisi dilakukan sebagai kontrol atau pengarahan, sebagai aspek dari manajemen.
5) Fungsi evaluasi: supervisi dilakukan untuk mengevaluasi hasil atau kemajuan yang diperoleh.
6) Fungsi supervisi: sebagai bimbingan.
7) Fungsi supervisi: sebagai pendidikan dalam jabatan (in service education) khususnya bagi guru muda atau siswa sekolah pendidikan guru.
Menurut Ametembun, bahwa garis-garis besar fungsi supervisi pendidikan itu adalah sebagai berikut:[4]
1) Penelitian
Penelitian dilakukan dalam rangka mengumpulkan data mengenai situasi belajar mengajar yang sebenarnya. Proses pelaksanaannya dapat dilakukan dengan menempuh prosedur-prosedur tertentu seperti “riset“, mengadakan pengamatan langsung, dan lain-lain.
2) Penilaian
Setelah suatu diamati melalui proses penelitian, supervisor selanjutnya menyimpulkan aspek-aspek apa saja yang telah diteliti. Supervisor yang baik tidak hanya mencari kelemahan-kelemahan orang yang disupervisinya, melainkan berusaha mendiagnosis segala kesulitan yang dihadapi guna menemukan jalan pemecahan yang cepat.
3) Perbaikan
Perbaikan adalah tujuan utama supervisi untuk memperbaiki situasi belajar mengajar dengan segala aspeknya ke arah yang lebih baik. Segala kekurangan-kekurangan atau permasalahan yang ditemukan di-follow up melalui tindakan-tindakan nyata berupa bimbingan-bimbingan dan pengarahan-pengarahan terhadap mereka yang membutuhkan (yang bermasalah).
4) Pembinaan
Pembinaan adalah inti dari seorang supervisor. Dalam pelaksanaannya, supervisor dapat mewujudkannya dalam bentuk bimbingan ke arah pembinaan orang-orang yang disupervisi, dan perbaikan situasi dengan memanfaatkan segala sumber yang ada demi terwujudnya tujuan-tujuan pendidikan yang dicita-citakan.
Untuk lebih jelas dan flexibel lagi, berikut kami selaku pemakalah akan menampilkan pendapat Swearingen tentang fungsi-fungsi supervisi pendidikan seperti berikut:
1) Mengkoordinir semua usaha sekolah;
2) Memperlengkapi kepemimpinan sekolah;
3) Memperluas pengalaman guru-guru;
4) Menstimulir usaha-usaha yang kreatif;
5) Memberikan fasilitas dan penilaian yang terus-menerus;
6) Menganalisa situasi belajar dan mengajar;
7) Memberikan pengetahuan dan skill kepada setiap anggota staf;
8) Mengintegrasikan tujuan pendidikan dan membantu meningkatkan kemampuan mengajar guru-guru.
1. b. Tujuan Supervisi Pendidikan
Melaksanakan suatu tugas atau kegiatan tanpa mengetahui dengan jelas tujuan dan sasaran yang akan dicapai berarti pemborosan, perbuatan sia-sia, bahkan banyak orang yang terjebak dalam kegiatan atau activity trap yang sibuk setiap hari tapi tidak mengetahui apa hasil yang akan dicapai dari kesibukan itu. Oleh karenanya memahami, menghayati dan mengarahkan keseluruh kegiatan untuk mencapai sesuatu titik tujuan sangat penting artinya bagi setiap orang, termasuk para pengawas pendidikan.
Tujuan supervisi pendidikan adalah perbaikan dan perkembangan proses belajar-mengajar secara total, ini berarti bahwa tujuan supervisi tidak hanya untuk memperbaiki mutu mengajar guru, tapi juga membina pertumbuham profesi guru dalam arti luas, termasuk didalamnya pengadaan fasilitas-fasilitas, pelayanan kepemimpinan dan pembinaan human relation yang baik kepada semua pihak yang terkait.[5]
Adapun fokus supervisi adalah pada setting for learning, bukan pada seseorang atau sekelompok orang, tapi semua orang, seperti guru, kepala sekolah dan pegawai sekolah lainnya. Mereka semua adalah mitra kerja pegawas yang sama-sama mempunyai tujuan mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kegiatan belajar-mengajar yang lebih baik.
Syaiful Sagala bahwa tujuan supervisi pendidikan itu adalah sebagai berikut[6]:
1) Membantu guru-guru dalam mengembangkan proses belajar-mengajar;
2) Membantu guru-guru menterjemahkan kurikulum kedalam bahasa belajar mengajar;
3) Membantu guru-guru mengembangkan staf sekolah.
Secara umum tujuan supervisi pendidikan membantu guru melihat tujuan pendidikan, membimbing pengalaman belajar-mengajar, menggunakan sum-ber belajar, menggunakan metode mengajar, memenuhi kebutuhan belajar murid, menilai kemajuan belajar murid, membina moral kerja, menyesuaikan diri dengan masyarakat, dan membina sekolah.
Jadi menurut kami selaku pemakalah, bahwa tujuan supervisi pendidikan adalah untuk meningkatkan situasi dan proses belajar mengajar berada dalam rangka tujuan pendidikan nasional dengan membantu guru-guru untuk lebih memahami mutu, pertumbuhan, dan peranan sekolah untuk mencapai tujuan yang dimaksud. Atau dengan istilah lebih sederhana lagi, tujuan supervisi pendidikan itu adalah untuk membantu guru meningkatkan kemampuannya agar menjadi guru yang lebih baik dalam melaksanakan pengajaran.
Menurut Mufti Ahmad, tujuan program supervisi pendidikan adalah sebagai berikut[7]:
1) Untuk membantu para guru secara individual dan secara kelompok dalam memecahkan masalah-masalah pengajaran yang mereka hadapi.
2) Mengkoordinasikan seluruh usaha pengajaran menjadi perilaku edukatif yang terintegrasi dengan baik;
3) Menyelenggarakan program latihan dalam jabatan yang kontinyu bagi guru-guru;
4) Membangun suatu usaha ilmiah yang berhubungan dengan penilaian dan perbaikan program pengajaran di sekolah-sekolah;
5) Memperoleh alat-alat pengajaran dan mencukupi;
6) Membangkitkan dan memelihara kegairahan guru yang kuat untuk mencapai prestasi kerja yang semakin baik;
7) Membangun hubungan-hubungan yang baik dan produktif antara sekolah-sekolah, lembaga-lembaga sosial lainnya dan masyarakat lingkungan.
1. C. Pengelolaan Sekolah yang Efektif
Sekolah merupakan organisasi kerja yang mewadahi sejumlah orang dalam bekerja sama untuk mencapai tujuan. Dilingkungan sekolah volume dan beban kerja yang harus diwujudkan menyangkut sekelompok manusia yang berprediket sebagai siswa.
Untuk pengelolaan sekolah yang efektif, berikut kami kutif pendapat Akmal Hawi tentang bagaimana cara meningkatkan mutu madrasah. Menurut Akmal Hawi bahwa ada 5 (lima) usaha dalam meningkatkan mutu sekolah itu, yaitu[8]:
1. Akuntabilitas Proses
Untuk meningkatkan mutu madrasah/sekolah, maka upaya yang paling efektif dengan cara peningkatan akuntabilitas proses pendidikannya. Akuntabilitas proses diharapkan benar-benar mampu menjamin madrasah/sekolah yang dapat menjaga dan meningkatkan mutunya secara progresif dan terus menerus. Akuntabilitas proses pendidikan dikembangkan dengan cara:
a. lebih pada kegiatan belajar daripada mengajar pada setiap tingkatan madrasah/sekolah.
b. orientasi pelatihan guru lebih kepada kemampuan memfasilitasi proses belajar daripada mengajar.
c. menerapkan pengembangan kurikulum secara komprehensif yang dirancang untuk memelihara integritas (keterpaduan) pengembangan kemampuan akademik dan kemampuan teknis dalam proses pendidikan.
d. mengembangkan sistem penilaian menyeluruh terhadap peserta didik untuk menentukan keberhasilan pendidikan sesuai tuntutan masyarakat.
e. menerapkan manajemen sistem pendidikan dan pelatihan yang efektif dan efesien dengan memanfaatkan hasil pengalaman belajar awal, sehingga dapat diketahui pengalaman belajar mana yang sudah dimiliki dan yang belum dikuasai.
f. mengembangkan manajemen berbasis pada masyarakat dan sekolah, sehingga program dan proses pendidikan yang berlangsung dapat diterima dan didukung masyarakat.
2. Profesionalisme
Profesional merupakan aspek penting lainnya untuk menentukan kwalitas pendidikan. Dengan kata lain bahwa para personil sekolah yang profesional merupakan tumpuan keberhasilan suatu sistem yang berkualitas.
Pertama, guru sebagai penanggungjawab utama perlu mendapatkan perhatian yang sungguh-sungguh. Karena disadari bahwa penentu keberhasilan pelaksanaan pendidikan di madrasah lebih banyak bertumpu pada manajemen guru, sehingga berbagai aspek yang berkaitan dengan guru perlu diperhitungkan diantaranya, aspek rekrutmen, pelatihan perkembangan karir, dan isentif.
Kedua, kepala sekolah sebagai personil yang memiliki posisi sangat strategis dalam meningkatkan mutu madrasah. Oleh karena itu, penunjukkan kepala sekolah harus melalui seleksi yang ketat. Apalagi memungkinkan dapat dibentuk dewan sekolah yang bertugas diantaranya mengadakan pemilihan kepala sekolah.
3. Meningkatkan Anggaran Biaya
Berkenaan dengan pembiayaan madrasah/sekolah, maka perlu upaya sistematis dan terprogram untuk memperjuangkan anggaran pendidikan lebih besar dari keadaan sekarang, sehingga pos-pos pengeluaran untuk kepentingan peningkatan mutu sekolah dapat terpenuhi secara baik, seperti pengadaan sarana dan prasarana sekolah.
4. Meningkatkan Peranserta Masyarakat
Menyadari akan pentingnya peranserta masyarakat dalam peningkatan mutu madrasah, maka peranserta masyarakat haruslah dimaknai secara luas, yang tidak hanya memberikan kontribusi secara finansial yang sebanyak-banyaknya bagi kepentingan madrasah/sekolah seperti yang dilakukan BP3 selama ini, namun juga sama pentingnya yaitu keterlibatan masyarakat dalam memerankan dirinya sebagai pengendali kualitas sekolah.
5. Evaluasi Diri
Penggunaan istilah evaluasi untuk sekolah-sekolah merupakan keadaan dimana kita dapat melihat tingkat keberhasilan proses pendidikan yang berlangsung serta kelemahannya.
Jadi menurut kami selaku pemakalah, bahwa sekolah itu akan lebih efektif jika cara pengelolaan dan menajemennya bagus. Manajemen memegang tampuk sangat signifikan dalam sebuah lembaga pendidikan, salah satunya adalah sang supervisor (kepala sekolah). Kepala sekolah yang profesional dan berdedikasi tinggi, pastilah akan tercapai tujuan pendidikan yang telah dirancang.
1. D. Hubungan dalam kelompok dan konflik
1. Hubungan dalam kelompok
Sekolah kalau kami lihat dari segi kerjasama, kami akan bagi beberapa kelompok kerja dengan sekolah, yaitu[9]:
1. Orang Tua
Orang tua merupakan pendidik utama dan pertama bagi anak-anak mereka, karena dari merekalah anak mula-mula menerima pendidikan. Dengan demikian bentuk pertama dari pendidikan terdapat dalam kehidupan keluarga. Pada umumnya pendidikan dalam rumah tangga itu bukan berpangkal tolak dari kesadaran dan pengertian yang lahir dari pengetahuan mendidik, melainkan karena kodrati suasana dan strukturnya memberikan kemungkinan alami pembangun situasi pendidikan. Situasi pendidikan itu terwujud berkat adanya pergaulan dan hubungan pengaruh mempengaruhi secara timbal balik antara orang tua dan anak.
Orang tua memegang peranan yang penting dan amat berpengaruh atas pendidikan anak-anaknya. Oleh sebab itu, pendidikan di rumah sangatlah penting dan utama. Pendidikan sekolah hanya bersifat formal dan pelengkap. Oleh karena itu, kedua kelompok kerja ini haruslah ada kerjasama yang baik sehingga anak didik bisa tumbuh dan berkembang sesuai harapan dan cita-cita bersama.
2. Guru
Guru adalah pendidik profesional, karenanya secara implisit ia telah merelakan dirinya menerima dan memikul sebagian tanggung jawab pendidikan yang terpikul dipundak para orang tua. Mereka ini, tatkala menyerahkan anaknya ke sekolah, sekaligus berarti pelimpahan sebagian tanggungjawab pendidikan anaknya kepada guru. Hal itupun menunjukkan pula bahwa orang tua tidak mungkin menyerahkan anaknya kepada sembarangan guru/sekolah karena tidak sembarangan orang dapat menjabat guru. Disini kami selaku pemakalah akan menampilkan sejumlah syarat-syarat menjadi guru, yaitu[10]:
1) Takwa kepada Allah
2) Berilmu
3) Sehat Jasmani
4) Berkelakuan baik (berakhlak baik)
Diantara akhlak guru itu adalah:
i. Mencintai jabatannya sebagai guru
ii. Bersikap adil terhadap semua murid
iii. Berlaku sabar dan tenang
iv. Guru harus berwibawa
v. Guru harus bisa berselera humor
vi. Guru harus bersifat manusiawi
vii. Bekerjasama dengan guru-guru lainnya.
viii. Bekerjasama dengan masyarakat.
3. Masyarakat
Masyarakat turut serta memikul tanggungjawab pendidikan. Secara sederhana masyarakat dapat diartikan sebagai kumpulan individu dan kelompok yang diikat oleh kesatuan negara, kebudayaan dan agama. Setiap masyarakat mempunyai cita-cita, peraturan-peraturan, dan sistem kekuasaan tertentu. Masyarakat besar pengaruhnya dalam memberi arah terhadap pendidikan anak, terutama para pemimpin masyarakat atau penguasa yang ada didalamnya.
b. Hubungan dalam konflik (Problem)
Pembelajaran terkait dengan bagaimana membelajarkan siswa atau bagaimana membuat siswa dapat belajar dengan mudah dan terdorong oleh kemauannya sendiri untuk mempelajari apa yang teraktualisasikan dalam kurikulum sebagai kebutuhan peserta didik. Oleh karena itu, pembelajaran berupaya menjabarkan nilai-nilai yang terkandung di dalam kurikulum dengan menganalisa tujuan pembelajaran dan karakteristik isi bidang studi pendidikan agama yang terkandung di dalam kurikulum yang menurut Sujana disebut kurikulum ideal/potensial.
Menurut Ahmadi, pendidikan adalah suatu aktivitas yang merupakan proses itu banyak dijumpai problema yang memerlukan pemikiran pemecahannya. Problematika yang menyangkut proses pendidikan menyangkut 5 W 1 H, yaitu[11]:
1. Problematika Who
Dalam pendidikan, problematika who adalah masalah pendidikan (subyek) yang melaksanakan aktivitas pendidikan dan masalah anak didik (obyek) yang dikenai sebagai sasaran aktivitas pendidikan.
a) Problem Pendidikan
Masalah yang berkaitan dengan pendidikan, baik pendidikan dalam keluarga, disekolah maupun dimasyarakat cukup banyak sekali. Problem-problem itu akan menghambat apabila tidak dapat mendapat pemecahan antara lain: kemampuan ekonomi, kemampuan pengetahuan dan pengalaman, kemampuan skill, kewibawaan, kepribadian, ittitud (sikap), sifat, kebijaksanaan, kerajinan, tanggungjawab, kesehatan, dan sebagainya.
b) Problem Anak Didik
Problem yang berkaitan dengan anak didik juga tidak kalah pentingnya untuk diperhatikan, dipikirkan, dan dipecahkan, karena anak didik adalah pihak yang digarap untuk dijadikan manusia yang diharapkan, baik dalam keluarga, sekolah maupun masyarakat.
Adapun problema-problema yang ada pada anak didik antara lain: kemampuan ekonomi keluarga, intelegensi, bakat dan minat, pertumbuhan dan perkembangan, kepribadian, sikap, sifat dan ketekunan, pergaulan, dan kesehatan.
2. Problematika Why
Dalam proses pendidikan, tidak semua pelaksanaannya bisa berjalan dengan lancar, tetapi juga akan dijumpai rintangan-rintangan/hambatan-hambatan. Kesulitan tersebut bisa terdapat pada semua faktor pendidikan yang menghambat jalannnya proses pendidikan.
Contoh problem tersebut dapat terjadi dari beberapa pihak, baik dari anak didik itu sendiri maupun orang tua, guru dan lembaga lainnya. Seperti tidak adanya interaksi sosial yang hangat diantara guru dengan kepala sekolah, guru dengan guru, guru dengan tenaga administrasi sekolah, guru dengan murid, murid dengan murid, serta guru dengan orang tua murid dan lain sebagainya yang menjadi hambatan pelaksanaan proses pendidikan, yang memerlukan jalan keluar dari kesulitan-kesulitan.
Dalam problema pengajaran, ada hambatan-hambatan yang perlu kita ketahui, seperti berikut ini:
i. Endogen
Ialah hambatan yang dapat timbul dari diri anak itu sendiri, hal ini bersifat:
• Biologis, ialah hambatan yang bersifat kejasmanian, seperti kesehatan, cacat badan, kurang makan, dan sebagainya.
• Psikologis, ialah hambatan yang bersifat praktis, seperti perhatian, minat, bakat, IQ, konsentrasi, psikis yang berwujud emosi dan gangguan psikis.
ii. Exofgen
Ialah hambatan dapat timbul dari luar diri anak, seperti orang tua yang berwujud cara mendidik, hubungan orang tua dengan anaknya, suasana rumah, dan sebagainya.
3. Problematika Where
Ada tiga tempat pendidikan bagi seorang anak yaitu, keluarga, sekolah, dan masyarakat. System pendidikan pada masing-masing tempat tersebut tidak sama dan modelnya pun berbeda.
Problem pendidikan keluarga sebagai tempat pendidikan anak-anak antara lain situasi keluarga itu sendiri dan letak serta kualitas keluarga itu berada dimana. Keluarga merupakan satuan social yang paling sederhana dalam kehidupan manusia. Bagi anak-anak keluarga merupakan lingkungan social pertama yang dikenalnya. Dengan demikian kehidupan keluarga menjadi fase sosialisasi awal bagi pembentukan jiwa kepribadian anak.
Sekolah sebagai institusi pendidikan formal ikut memberi pengaruh dalam membantu perkembangan kepribadian anak. Menurut Singgih D. Gunarsa pengaruh itu dapat dibagi 3 (tiga) kelompok, yaitu: (1) kurikulum dan anak, (2) hubungan guru dan murid, (3) hubungan antar anak. Melalui kurikulum yang berisi materi pelajaran, sikap, dan keteladanan guru sebagai pendidik serta pergaulan antar teman di sekolah di nilai berperan dalam menanamkan kebiasaan baik. Pembiasaan yang baik merupakan bagian dari pembentukan moral yang erat kaitannya dengan perkembangan jiwa dan kepribadian anak.
Umunya pergaulan di masyarakat kurang menekankan pada disiplin atau aturan yang harus dipatuhi secara ketat. Meskipun tampaknya longgar, namun kehidupan bermasyarakat dibatasi oleh berbagai norma dan nilai-nilai yang didukung warganya. Karena itu setiap warga berusaha untuk menyesuaikan sikap dan tingkah laku dengan norma dan nilai-nilai yang ada. Dengan demikian kehidupan bermasyarakat memiliki suatu tatanan yang terkondisi untuk dipatuhi bersama. Sepintas lingkungan masyarakat bukan merupakan lingkungan yang mengandung unsur tanggungjawab, melainkan hanya merupakan unsur pengaruh belaka, tetapi norma dan tata nilai yang ada terkadang lebih mengikat sifatnya, bahkan terkadang pengaruhnya lebih besar dalam perkembangan jiwa keagamaan baik dalam bentuk positif maupun negatif.
Pengaruh lingkungan bagi anak adalah memang besar sekali sehingga besar pula problem yang timbul bila tempat keluarga atau sekolah yang berusaha menanamkan norma-norma yang luhur tetapi lingkungannya tidak menguntungkan.
4. Problematika When
Masalah when (kapan) tidak hanya berkenaan dengan sesuatu yang diberikan seperti halnya kapan seharusnya penyampaian materi itu diberikan. Hukum dijatuhkan, kapan bagusnya saat yang tepat untuk memberikan suatu pujian bagi tingkat perilaku anak didik yang positif, pemberian tugas ataupun perintah yang bukan merupakan suatu perintah pimpinan pada bawahan yang harus dilaksanakan secara otoriter dan lain sebagainya, tetapi juga berkenaan usia anak, kita sebaiknya harus tahu kapan waktu-waktunya yang tepat untuk memberikan berbagai model pendidikan kepada anak sesuai dengan tingkat usianya.
5. Problematika What
Problem what (apa) menyangkut dasar, tujuan, bahan/materi, sarana, prasarana, dan media.
6. Problematika How
Masalah how (bagaimana) berkenaan dengan cara didik/metode yang digunakan dalam proses pendidikan.
Anak didik mempunyai bakat yang berbeda-beda. Pendidik harus mengakui adanya perbedaan itu.
Ada suatu propaganda yang memberikan gambaran atau contoh suatu keadaan yang chaos (kekacauan) pada suatu sekolah, kemudian bagaimanakan cara kita melakukan pemecahan masalah melalui perencanaan sistem misalnya. Dalam hal ini saya akan mencoba melakukan pemecahan masalah tersebut melalui pendekatan sistem, yaitu pembaharuan dalam pendidikan dan pengajaran itu sendiri.
Ada empat masalah pokok yang harus diperbaharui, yaitu:
1. Pembaharuan dalam aspek tujuan pendidikan.
Hal ini dijabarkan melalui TIU dan TIK.
2. Pembaharuan dalam aspek struktur pendidikan dan pengajaran.
Yang melibatkan cara penyusunan sekolah dan kelompok serta ruangan kelas agar lebih berfungsi.
3. Pembaharuan dalam aspek materi atau komponen kurikulum dan pengajaran.
Yaitu pembaharuan isi pendidikan yang disajikan.
4. Pembaharuan dalam aspek-aspek pendidikan dan proses.
Dalam proses pendidikan menggunakan multi metode untuk bisa mempermudah dan dapat juga menarik perluasan ilmu pengetahuan peserta didik.

0 komentar: